by: harja saputra (2004)
Saya bersekolah di sebuah madrasah yang masyarakat desa menyebutnya “madrasah berlumut”…saya benci mendengar panggilan itu…seperti saya benci terhadap kartun “Casper”…kok hantu ada ekornya…tapi panggilan itu sudah terlanjur melekat karena memang sekolahku sudah tidak pantas ditempati…
(Inspirasi: Cerpen “Madrasah Berlumut”)
“Kenapa ibu memilih menyekolahkan anak di madrasah?”,
tanya seorang ibu kepada tetangganya.
“Habis biaya di sekolah umum mahaaaal…”, jawabnya.
“Ya biasa saja dong bu nyebut mahalnya..
sampai panjang begitu kayak gerbong kereta…
“Ya saking mahalnya”, jawabnya lagi.
(Inspirasi: karikatur “KOMPAS”)
“Kenapa kamu memilih mengambil jurusan pendidikan”,
tanya seorang mahasiswa kepada temannya.
“Karena saya ingin menjadi guru. Guru itu mulia…
Pahlwan tanpa tanda jasa”.
“Ah kata siapa…terus yang kemarin kita lihat para guru demo naik gaji, itu apa artinya?”
“Hehehe..itu sih guru yang harus diguruin…
Coba lihat guru madrasah, ikhlas mengajar,
gajinya kecil, anaknya banyak lagi…
Guru madrasah itu yang pantas disebut “Pahlawan tanpa tanda jasa..”
(Inspirasi: karikatur ‘MEDIA INDONESIA”)
“Hidup harus saling berbagi…memberi dan diberi…
Mendidik dan terdidik…”
(Butet Manurung, Aktivis Guru di Wilayah Terpencil)
Sekolah itu Ibadah
“Sekolah itu berarti menuntut ilmu yang sangat diwajibkan oleh agama manapun…sekolah adalah ibadah”.
Kurang lebih seperti itu iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi untuk mesosialisasikan Wajib Belajar oleh Depdiknas dan Depag yang dibawakan oleh tokoh-tokoh agama nasional.
Mungkin tujuan iklan layanan masyarakat itu adalah untuk lebih merangsang para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Dan mungkin juga dengan mengambil motif ibadah terhadap pendidikan bisa lebih menguatkan tujuan tersebut. Karena memang masyarakat Indonesia sangat kental dengan kehidupan religius. Tapi mestinya, meskipun tidak ada sosialisasi dari iklan layanan masyarakat tersebut, masyarakat harus menyadari secara penuh bahwa memang pendidikan adalah kewajiban dasar manusia sebagai bagian dari ibadah, karena secara jelas—khususnya dalam ajaran Islam—disebutkan bahwa “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimat dari buaian sampai liang lahat”.
Sekolah adalah ibadah memang tidak bisa dibantah, ia sudah sangat jelas karena merupakan kewajiban dasar manusia dalam hidupnya. Oleh karenanya, jika kita membantu seseorang untuk bersekolah berarti kita telah melakukan perbuatan yang sangat mulia, yaitu membantu seseorang untuk lebih berilmu, yang dengannya juga berarti membantu seseorang untuk beribadah. Membantu sendiri itu ibadah, apalagi membantu orang untuk beribadah. Dengan demikian, kita beribadah untuk orang yang beribadah.
Ada Apa dengan Madrasah?
“Seorang filosof ditanya tentang Tuhan. Ia menjawab, “Tuhan itu sudah sangat jelas dan terang. Seperti kita melihat matahari, sudah sangat jelas dan terang. Tidak perlu lagi penjelasan. Karena penjelasan kata akan membatasi kejelasannya”.
Tentunya kalau kita ditanya “Ada apa dengan madrasah”, kita masih tidak bisa mengatakan, kondisi madrasah itu seperti terangnya matahari, karena yang sudah sangat jelas hanya milik Tuhan. Namun, sedikitnya ketika kita mendengar kata madrasah, pasti terbayang dalam benak kita murid-murid dengan seragam lusuh, kumuh, gedung yang pengap, kurang ventilasi, gaji guru yang rendah dan segudang gambaran menyedihkan lainnya. Atau mungkin, dari persepsi yang permanen semacam ini, konsepsi madrasah hampir mendekati konsep matahari di atas, karena hampir semua orang mengetahuinya.
Sebetulnya, pertanyaan “Ada apa dengan madrasah” itu tidak tepat. Karena tidak berdampak apapun, hanya mampu mendeskripsikan keadaan. Yang harus kita pertanyakan bersama adalah “Bagaimana merubah atau ikut peran dalam memajukan madrasah?” Inilah pertanyaan yang harus kita jawab bersama, satu pertanyaan yang mengharuskan adanya action bukan deskripsi.
Mari Peduli Madrasah..!!!
Dari sisi apapun, pemberdayaan terhadap madrasah-madarasah mutlak diperlukan. Maka dari itu mari berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan persoalan-persoalan madrasah tersebut. “Berbagi dan Berdayakan Madrasah”.